π
Abangggggggg...............☘πππ
Abang, aku mau kerja!”
“Jangan, lah. Kamu di rumah saja. Istri itu di rumah tugasnya :)”
“Itu, tetangga kita, dia kerja!”
“Hehe …, dia itu guru, sayaang. Dia dibutuhkan banyak orang. Yang
membutuhkan kamu tidak banyak. Hanya Abang dan anak kita. Di rumah saja,
ya.”
“Itu…, tetangga kita yang satunya, yang sekarang sudah pindah
ke kampung sebelah, aku lihat dia kerja. Bukan guru. Tidak dibutuhkan
banyak orang.”
“Nanti, tunggu Abang meninggal dunia.”
“Apa-apaan sih?”
“Dia itu janda, sayaaaang. Suaminya meninggal satu setengah bulan yang lalu. Makanya dia kerja.”
“Tapi kebutuhan kita makin banyak, Bang”
“Kan Abang masih kerja, Abang masih sehat, aku masih kuat. Akan Abang usahakan, InsyaAllah.”
“Iya, aku tahu. Tapi penghasilan Abang untuk saat ini tidaklah cukup.”
“Bukannya tidak cukup, tapi belum lebih. Mengapa Abang bilang begitu?
Karena Allah pasti mencukupi. Lagi pula, kalau kamu kerja siapa yang
jaga anak kita?”
“Kan ada Ibu! Pasti beliau tidak akan keberatan. Malah dengan sangat senang hati.”
“Istri Abang yang Abang cintai, dari perut sampai lahir, sampai sebelum
Abang bisa mengerjakan pekerjaan Abang sendiri, segalanya menggunakan
tenaga Ibu. Abang belum ada pemberian yang sebanding dengan itu semua.
Sedikit pun belum terbalas jasanya. Dan Abang yakin itu tak akan bisa.
Setelah itu semua, apakah sekarang Abang akan meminta Ibu untuk mengurus
anak Abang juga?”
“Bukan Ibumu, tapi Ibuku, Bang?”
“Apa
bedanya? Mereka berdua sama, Ibu kita. Mereka memang tidak akan
keberatan. Tapi kita, kita ini akan jadi anak yang tegaan. Seolah-olah,
kita ini tidak punya perasaan.”
“Jadi, kita harus bagaimana?”
“Istriku, takut tidak tercukupi akan rezeki adalah penghinaan kepada
Allah. Jangan khawatir! Mintalah pada-Nya. Atau begini saja, Abang ada
ide! Tapi Abang mau tanya dulu.”
“Apa, Bang?”
“Apa alasan paling mendasar, yang membuat kamu ingin bekerja?”
“Ya untuk memperbaiki perekonomian kita, Bang. Aku ingin membantumu dalam penghasilan. Untuk kita, keluarga kita.”
“Kalau memang begitu, kita buka usaha kecil saja di rumah. Misal
sarapan pagi. Bubur ayam misalnya? Atau, bisnis online saja. Kamu yang
jalani. Bagaimana? anak terurus, rumah terurus, Abang terlayani, uang
masuk terus, InsyaAllah. Keren, kan?”
“Suamiku sayang, aku tidak
pandai berbisnis, tidak bisa jualan. Aku ini karyawati. Bakatku di sana.
Aku harus keluar kalau ingin menambah penghasilan.”
“Tidak harus keluar. Tenang, masih ada solusi!”
“Apa?”
“Bukankah ada yang lima waktu? Bukankah ada Tahajud? Bukankah ada
Dhuha? Bukankah ada sedekah? Bukankah ada puasa? Bukankah ada
amalan-amalan lainnya? Allah itu Maha Kaya. Minta saja pada-Nya.”
“Iya, Bang, aku tahu. Tapi itu semua harus ada ikhtiar nyata.”
“Kita ini partner, sayang. Abanglah pelaksana ikhtiarnya. Tugas kamu
cukup itu. InsyaAllah jika menurut Allah baik, menurut-Nya kita pantas,
kehidupan kita pasti akan berubah.”
“Tapi, Bang?!”
“Abang tanya lagi…, kamu ingin kita hidup kaya, apa berkah?”
“Aku ingin kita hidup kaya dan berkah.”
“Kalau begitu lakukan amalan-amalan tadi. InsyaAllah kaya dan berkah.”
“Kalau tidak kaya?”
“Kan masih berkah? Dan…, tahu apa yang terjadi padamu jika tetap istiqomah dengan itu?”
“Apa, Bang?
“Pilihlah pintu surga yang mana saja yang kamu suka. Dan kamu, menjadi sebenar-benarnya perhiasan dunia.”
***
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang wanita (istri) itu telah
melakukan shalat lima waktu, puasa bulan Ramadhan, menjaga harga dirinya
dan mentaati perintah suaminya, maka ia diundang di akhirat supaya
masuk surga berdasarkan pintunya mana yang ia suka (sesuai pilihannya),”
(HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Thabrani).
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah”
[H.R. Muslim] Sumber : Islampos