Sumber Wartaislami.Com ~
Sudah sejak 2005, Mbah Abdul Manaf bin Zuhdi (65),
yang kini tinggal di Desa Margoyoso Rt. 07 Rw. 03, Kalinyamatan, Jepara,
tiap hari selalu di depan laptop memaknai kitab kuning menggunakan
Corel Draw, satu-satunya sistem perangkat lunak yang mudah digunakan
olehnya untuk menulis arab pegon miring. Dia membereskan baris demi
baris kitab kuning agar mudah dipahami para santri dan dai.
Selama
11 tahun menulis itu, kini Mbah Manaf berhasil ngasahi (memaknai gandul
arab pegon miring) 5 judul karya ulama klasik hingga berjilid-jilid.
Semua kitab yang digarap bertema tentang kewalian, hikmah dan sufisme
thariqah. Berikut judulnya:
1. Jamiul Ushul fil Auliya karya
Syeikh Muhammad Zliyauddin Musthafa al al-Kamsyakhanawi an-Naqsyabandi.
Kitab aslinya ada 380 halaman, namun setelah digunduli Mbah Munif jadi 4
jilid.
2. Karomatul Auliya karya Syeikh Yusuf bin Ismail
An-Nabhani (Lahir 1256 H). Jumlah halaman: 383. Jadi 3 jilid setelah
dicorel Mbah Manaf.
3. Kitab Kasfudz Dzunnun karangan Haji Kholifah. Halaman aslinya berjumlah ribuan. Baru rampung jadi 2 jilid.
4.
Jawahirul Khomsah karya Syeikh al-Imam al-Allamah al-Hamam Sayyid
Muhammad bin Khotiruddin bin Bayazid bin Khowajah. Jadi 2 jilid.
5. Jauhar Ma’aani, manaqib Syeikh Abdul Qadir Jailani karya Syeikh Jauhari Umar Pasuruan.
6. Risalah al-Ghazali (dalam proses garap)
Jumlah
halamannya bisa berjilid-jilid karena untuk membuat makna gandul pegon,
harus ada spasi lumayan lebar. Satu halaman dibuat Mbah Manaf jadi 9
baris. Padahal, aslinya, -sebagaimana pada Jami’ul Ushul fil Auliya,-
per halaman terdiri atas 28 baris. Dari satu halaman kitab asli, jadi 3
halaman setelah dimaknai utawi iki iku.
Memilih Versi Corel
Tentu
banyak jalan terjal harus ditempuh. Ketika menggarap Kasyfudz Dnunnun
misalnya, ada kendala teknis yang membuat stres. Lafadz Allah, kata Mbah
Manaf, hilang huruf “Ha”-nya ketika di-print. Padahal hasil ketikan
dalam file Corel, mulai Alif, Lam hingga Ha’, utuh semua hurufnya.
Penggarapan berhenti hanya 2 jilid karena hal ini.
“Masalahnya
ternyata karena saya pakai Corel Draw 14 dengan sistem operasi Windows
Seven. Font Traditional Arabic tidak bisa dipakai di sana. Padahal, font
lain seperti Arial, Transparent bisa saya pakai. Saya memilih
Traditional Arabic karena nyaman dibaca,” tutur Mbah Manaf di rumahnya,
Selasa (3 Mei 2016), malam.
Atas pengalaman tersebut, Mbah Manaf
menginstal Windows XP untuk menggarap kitabnya. Corelnya tetap pakai
versi 14. Cepat loading katanya. Pernah mencoba pakai Corel 17 tapi
berat. Windows XP dipilih karena menurutnya lebih bersahabat dengan font
arab.
“Misalnya ketika menulis huruf wawu yang digandeng dengan
mim atau lainnya. Di Windows Seven terlihat terlalu rapat. Kalau di XP
bisa tampak jelas dan kayak ada spasinya gitu, kelihatan bagus jadinya,”
terang Mbah Manaf kepada Duta Islam.
Ada dua laptop yang
dipakai. Yang terinstal Seven buat berselancar di dunia maya dan
berkomunikasi via Facebook. Sementara yang instalan XP khusus untuk
menggarap makna gandul kitab kuning.
“Pertama kali dulu saya
pakai Corel 9, 10, 11 dan 12. Ternyata semuanya tidak bisa menulis angka
Arab. Setelah ganti menggunakan corel 14 dengan windows XP, ternyata
bisa dan sangat mudah,” paparnya.
Dalam pemaknaan kitab kuning
itu, Mbah Manaf mengawalinya dengan melakukan scan halaman per halaman.
Hasilnya di-print untuk kemudian di-harakat-i huruf per hurufnya secara
manual. Tindakan ini dipilih untuk mempercepat kerja. Kekeliruan harakat
akan dikoreksi lebih lanjut di Corel Draw menggunakan tool bernama
Photo Paint, yakni aplikasi buatan Corel yang bisa digunakan untuk
pengeditan gambar dan efek foto.
Kendalanya, ada kitab yang sulit
discan karena lipatan jilidnya terlalu sempit. Kitab Kasyfudz Dzunnun
salah satu contohnya. Bila teks kitab lain tidak berkolom, khusus kitab
ini, kata Mbah Manaf, kolomnya ada dua. Scan tidak efektif mencover
seluruh teks halaman. “Terpaksa harus pakai versi digital download, lalu
diatur pakai Corel. Saya nggarap gandul ya pakai corel. Word tidak bisa
dipakai,” ujarnya.
Berawal Dari Waktu Luang
Niat Mbah Abdul Manaf memaknai kitab kuning
secara digital diawali dari musibah yang menimpa istrinya, Sri Wahyuni.
Kala itu, dia harus menunggu istri yang sakit berbulan-bulan tanpa bisa
bekerja. Jenuh, akhirnya ia memanfaatkan waktu untuk ngasahi kitabnya
secara manual. Ia simpan hasil asahan itu, siapa tahu berguna.
Pertama
yang diasahi gandul arab menggunakan tulisan tangan adalah Kitab Jamiul
Ushul fil Auliya.. Karena banyak yang tertarik hasil kerja Mbah Manaf
itu, ada yang mengusulkan untuk membuat rutinan tiap malam Senin di
salah satu rumah warga setempat.
Selama enam tahun rutinan
berjalan, Mbah Manaf rajin membagi-bagikan hasil asahan tersebut. Kali
ini sudah bukan tulisan tangan. Tapi sudah dalam bentuk cetakan hasil
Corel, printer-an yang sudah difoto-copy sesuai jumlah peserta ngaji
rutinan.
Mbah Manaf belajar mengoperasikan corel secara otodidak.
Ia mengaku tidak pernah kursus dan belajar sebisanya. Itu dimulai
ketika jadi guru dan mengajar di Pondok Pesantren Nailun Najah, Kriyan,
Kalinyamatan, Jepara atas perintah gurunya, Mbah Hudun . “Awalnya saya
minta diajari bagaimana menghidupkan komputer dan mematikannya,”
kenangnya.
Melihat ketekunan Mbah Manaf, ada seorang teman yang
kemudian memberinya fasilitas komputer pentium dua secara gratis. Itulah
alat pertama yang digunakan untuk melanjutkan kerja kreatifnya memaknai
kitab kuning.
Sejak saat itu, ia tidak lagi bekerja jualan jamu
godok racikannya sendiri. Dulu, setelah lulus dari ponpes, Mbah Manaf
memilih ber-dawa’ (menyembuhkan penyakit dengan obat herbal).
Pekerjaannya itu terbilang sukses karena punya banyak pelanggan hingga
Sumatra, Banten dan kota-kota lain. Selama jualan jamu, Mbah Manaf rajin
merantau.
Jamunya laris. Dalil yang selalu digunakan untuk
menarik perhatian pembeli adalah: addawa’u larruju’u ilas syabab. “Lam
adalah lam ibtida’, maka harus dibaca rafa’ sesudahnya. Artinya begini
utawi obat, iku yekti iso balikake, ilas syabab, maring nom,” tandas
Mbah Manaf menerangkan dengan gaya utawi iki iku.
Praktis, banyak
kiai dan habaib yang menjadi pelanggan setianya. Terutama dari kalangan
dewasa dan orang tua. Mengobati orang sakit, bagi Mbah Manaf, sama
pahalanya dengan mengajar atau berdakwah. Dia memilih dawa’ daripada
dakwah atas alasan ini.
Demi kitab kuning, Mbah Manaf yang pernah
nyantri di Madrasah Ghazaliyah Syafiiyyah (MGS) di PP MUS Sarang
Rembang periode 1970-1976 ini, meninggalkan profesinya sebagai penjual
jamu godok. Sesekali mengisi pengajian dan jadi guru panggilan khusus
belajar kitab kuning, terutama ilmu alat semacam Nahwu dan Sharaf.
Selama
bertahun-tahun, Mbah Manaf menjadi guru privat para putra H Mawar,
tetangga desa. Semua anak pengusaha itu diwulang ngaji oleh Mbah Nawar
hingga khatam Kitab Nahwu bernama Alfiyah empat kali, lanjut ke
syarahnya berjudul Ibnu Aqil, Bahjatul Mardliyyah sekaligus
syawahid-nya. “Alhamdulilah khatam semua,” kata Mbah Manaf.
Hidup Sederhana
Bersama
istrinya, kini Mbah Manaf hidup berdua apa adanya dengan tetap
melanjutkan kerja kreatif di depan laptop memaknai kitab kuning. Ada 3
laptop yang ada di ruang tamu, tempat kerjanya yang berukuran kecil.
Ketiga laptop tersebut bukan milik pribadinya, melainkan pinjaman dari
orang-orang yang peduli.
Mbah Manaf tidak punya cukup uang
membeli laptop. “Laptop saya gonta-ganti terus. Tidak pernah beli,
silih-silihan (pinjaman, red). Jadi ketika pemilik datang mengambil,
saya harus menyerahkan. Pernah pakai laptop anak Kudus malah saya
jebolkan IC nya. Pernah dipinjamin pegawai bank asal Pati juga, tapi
akhirnya rusak,” akunya.
Laptop saja meminjam, jelas Corel yang
dipakai pun tanpa lisensi. Tapi Mbah Manaf tidak menyerah. Hidup serba
kekurangan baginya harus tetap bermanfaat. Saking seringnya laptop
pinjaman itu rusak, acap kali mendapatkan free biaya servis di beberapa
tempat.
“Tukang servis laptop di sini hampir pernah saya datangi
semua. Banyak yang kenal. Sering tidak bayar karena kasihan mungkin.
Saya kan sudah tua,” terang Mbah Manaf yang ingin belajar Google Map
agar tamunya mudah menemukan alamat.
Soal berapa banyak laptop,
tinta dan printer yang dihabiskan selama 11 tahun ini, sudah tak
terhitung. Dalam 8 bulan saja, pernah 4 kali ganti Cartridge (alat
cetak) Printer. Itu belum tumpukan kertas HVS ukuran 80 yang selalu dia
beli kalau ada uang. Ketika Duta Islam datang, keyboard laptop di meja
kerjanya tidak berfungsi sehingga harus menggunakan keyboard eksternal
berwarna hijau. Kumuh dan hampir rusak.
Tidak banyak yang sanggup
menservis laptop yang digunakan Mbah Manaf. Hanya beberapa saja yang
mampu menyelesaikan problemnya mengingat serba arab. Mbah Manaf jarang
mengetik huruf selain arab. Tiga laptop yang ditunjukkan kepada Duta
Islam semua keyboard asalnya bertulis arab. Sepertinya, Mbah Manaf
memang tipe santri tulen tempoe doeloe yang tiap hari menulis
menggunakan arab pegon.
Instalan Corel, Windows, Printer dan scanning hingga modem merek
Alcatel, semua menggunakan bahasa operasional serba arab. Naskahnya
disimpan dalam Harddisk Eksternal berkapasitas 500 giga. “Saya
menggunakan Corel hanya untuk maknani kitab kuning. Tidak pernah
menggunakannya untuk design banner dan lainnya,” tandas Mbah Manaf.
Naskah
yang sudah diprint kertas, ia simpan di rak lemari ruang tamu bersama
dua kamus berukuran jumbo yang biasa digunakan. Jika sewaktu-waktu ada
yang ingin membeli, tinggal difoto-copy dengan warna kuning berukuran
80. Sudah laku puluhan jilid. Yang membeli para ustad dan dai sekitar
Jepara. Berkat karyanya, Mbah Manaf pernah diundang Muktamar Thariqoh di
Malang.
Jika Anda ingin membeli, harganya lumayan. Itu karena
belum dicetak massal. Perjilid harganya Rp. 400.000,-. Anda harus
menyiapkan Rp. 4.400.000,- untuk memesan lengkap 11 jilid. Pakai uang
muka dulu agar Mbah Manaf bisa ke Kudus untuk memfoto-copy. Nomor
hapenya ada di bawah ini. [www.dutaislam.com/m abdullah badri]
------------------------------------
Biografi Singkat Mbah Manaf:
Nama Lengkap : Abdul Manaf bin Zuhdi
Tempat Lahir : Kawedanan, Pamotan, Rembang, Jawa Tengah
TTL : 16 Mei 1953
Nama Istri : Sri Wahyuni
Anak : Rahmatullah (meninggal saat lahir tahun 1993), Hamdan (anak angkat)
Alamat : Margoyoso Rt. 07 Rw. 03, Kalinyamatan Jepara (sejak 2000)
Pendidikan
: Madrasah Ghazaliyah Syafiiyyah (MGS) Sarang (1970-1976), Ponpes
Manbaul Khoiriyah Islamiyah (MHI), Bangsalsari, Jember, Jawa Timur.
Nomor Hape : 085327678159
Facebook : Abdul Manaf